Rabu, 06 Februari 2013

Warga Batu ngluruk Universitas Brawijaya



Warga Batu Luruk Unibraw

Memo – Puluhan warga yang tergabung dalam Forum Masyarakat Peduli Mata Air (FMPMA) mengepung gedung Rektorat Universitas Brawijaya (UB), Selasa (5/2/2013) siang. Mereka dengan membawa poster meluapkan kekecewaannya terhadap hasil penelitian Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) UB tentang sumber air Gemulo, yang berada di Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
Koordinator FMPMA, Rudi mengatakan kalau hasil penelitian yang dilakukan oleh PPLH UB tersebut digunakan untuk pembenaran terhadap pembangunan The Rayja Cottage. “Dengan hasil penelitian itu, akhirnya dijadikan sebagai legitimasi pemerintah dalam melegalkan dan memberikan ijin pembangunan cottage,” tandasnya.
Padahal, keberadaan cottage tersebut dianggap telah melanggar peraturan dan rentan resiko. Baik resiko sosial maupun resiko lingkungan. Hal ini tentunya dapat memantik persoalan diantara warga yang dapat memicu konflik antara warga.
Terlebih lagi, penelitian dilakukan ketika masyarakat melakukan penolakan terhadap pembangunan The Rayja Cottage yang berada di sekitar sumber air Gemulo. “Penelitian itu hanya untuk kepentingan pembangunan. Bukan untuk kepentingan masyarakat dan melindungi sumber mata air Gemulo,” lanjutnya.
Untuk itu, warga yang menolak pembangunan The Rayja Cottage tersebut meragukan hasil penelitian yang dilakukan oleh PPLH tersebut bersifat obyektif. “Ini tidak jelas, apakah ini hasil penelitian ataukah hasil penyelidikan atau pelaksanaan pekerjaan,” urainya.
Sementara itu, Ketua PPLH UB, Swasono Heddy mengatakan kalau penelitian yang dilakukan merupakan permintaan dari Pemkot Batu untuk melihat kondisi sumber air Gemulo. “Tim dalam penelitian itu, para pakar geologi yang dipimpin oleh Arief Rahmansyah,” jelasnya.
Hasil penelitian itu, merupakan kajian akademik yang tidak ada hubungannya dengan pembangunan hotel atau cottage. Berdasarkan hasil penelitian, disampaikan bahwa di sekitar lokasi itu dilarang mendirikan bangunan yang pondasinya menggunakan paku bumi atau tiang pancang karena akan merusak batu padas yang berakibat pada kerusakan sumber air. (ari)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar