Minggu, 10 Maret 2013

PP No. 27 th 2012 tentang Izin Linkungan Bagian 1




PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012
TENTANG

IZIN LINGKUNGAN



DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang    :   bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33, Pasal 41, dan Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan       dan                        Pengelolaan            Lingkungan   Hidup,   perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Izin Lingkungan;

Mengingat      :   1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang           Nomor       32  Tahun           2009  tentang Perlindungan     dan     Pengelolaan     Lingkungan     Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
140,   Tambahan   Lembaran   Negara   Republik   Indonesia
Nomor 5059);


MEMUTUSKAN:

Menetapkan   :   PERATURAN PEMERINTAH TENTANG IZIN LINGKUNGAN
BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

1.   Izin Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang  yang  melakukan  Usaha  dan/atau  Kegiatan  yang wajib Amdal atau  UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan  pengelolaan         lingkungan         hidup            sebagai         prasyarat memperoleh izin Usaha dan/atau Kegiatan.

2.   Analisis   Mengenai   Dampak   Lingkungan   Hidup,   yang selanjutnya             disebut         Amdal,     adalah   kajian   mengenai dampak  penting  suatu  Usaha  dan/atau  Kegiatan  yang direncanakan  pada  lingkungan  hidup  yang  diperlukan bagi    proses    pengambilan             keputusan      tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.

3.   Upaya    Pengelolaan    Lingkungan    Hidup    dan    Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut UKL-UPL,  adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap Usaha dan/atau  Kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup  yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang  penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.

4.   Usaha dan/atau Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas yang           dapat   menimbulkan   perubahan   terhadap   rona lingkungan  hidup serta menyebabkan dampak terhadap lingkungan hidup.

5.   Dampak  Penting  adalah  perubahan  lingkungan  hidup yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu Usaha dan/atau Kegiatan.

6.   Kerangka  Acuan  adalah  ruang  lingkup  kajian  analisis dampak                 lingkungan    hidup    yang    merupakan    hasil pelingkupan.

7.   Analisis  Dampak  Lingkungan  Hidup,  yang  selanjutnya disebut               Andal,   adalah   telaahan    secara   cermat    dan mendalam tentang dampak penting suatu rencana Usaha dan/atau Kegiatan.

8.   Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut RKL, adalah upaya penanganan dampak terhadap lingkungan hidup  yang ditimbulkan akibat dari rencana Usaha dan/atau Kegiatan.

9.   Rencana      Pemantauan      Lingkungan     Hidup,     yang selanjutnya                     disebut   RPL,   adalah   upaya   pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak akibat dari rencana Usaha dan/atau Kegiatan.

10. Keputusan     Kelayakan     Lingkungan     Hidup     adalah keputusan yang menyatakan kelayakan lingkungan hidup dari suatu rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Amdal.

11. Rekomendasi UKL-UPL adalah surat persetujuan terhadap suatu Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib UKL
12. Pemrakarsa adalah setiap orang atau instansi pemerintah yang   bertanggung  jawab  atas  suatu  Usaha  dan/atau Kegiatan yang akan dilaksanakan.

13. Izin Usaha dan/atau Kegiatan adalah izin yang diterbitkan oleh  instansi teknis untuk melakukan Usaha dan/atau Kegiatan.

14. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan  di  bidang  perlindungan  dan  pengelolaan lingkungan hidup

Pasal 2

(1)     Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki
Amdal atau UKL-UPL wajib memiliki Izin Lingkungan.

(2)     Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diperoleh melalui tahapan kegiatan yang meliputi:

a.   penyusunan Amdal dan UKL-UPL;

b.  penilaian Amdal dan pemeriksaan UKL-UPL; dan c.     permohonan dan penerbitan Izin Lingkungan.


BAB II

PENYUSUNAN AMDAL DAN UKL-UPL


Bagian Kesatu

Umum


Pasal 3

(1)     Setiap   Usaha   dan/atau   Kegiatan   yang   berdampak penting                 terhadap     lingkungan  hidup   wajib   memiliki Amdal.

(2)     Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak termasuk dalam kriteria wajib Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki UKL-UPL.

Bagian Kedua

Penyusunan Dokumen Amdal

Pasal 4

(1)                    Amdal sebagaimana dimaksud dalaml 3 ayat (1) disusun   oleh   Pemrakarsa   pada   tahap   perencanaan suatu Usaha dan/atau Kegiatan.

(2)      Lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud  pada ayat (1) wajib sesuai dengan rencana tata ruang.

(3)               Dalam  hal  lokasi  rencana  Usaha  dan/atau  Kegiatan tidak          sesuai   dengan   rencana   tata   ruang,   dokumen Amdal        tidak  dapat    dinilai  dan       wajib dikembalikan kepada Pemrakarsa.



Pasal 5

(1)     Penyusunan Amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4 ayat (1) dituangkan ke dalam dokumen Amdal yang terdiri atas:

a. Kerangka Acuan;

b. Andal; dan c.  RKL-RPL.
(2)     Kerangka Acuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a menjadi dasar penyusunan Andal dan RKL-RPL.



Pasal 6

Ketentuan   lebih   lanjut   mengenai   tata   cara   penyusunan dokumen Amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 diatur dengan Peraturan Menteri.



Pasal 7

Kementerian atau lembaga pemerintah nonkementerian dapat menyusun                   petunjuk   teknis   penyusunan                    dokumen   Amdal berdasarkan     pedoman     penyusunan     dokumen     Amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.



Pasal 8 ...


        












- 5 -


Pasal 8

(1)   Dalam  menyusun  dokumen  Amdal,  Pemrakarsa  wajib menggunakan pendekatan studi:

a. tunggal;

b. terpadu; atau c.  kawasan.
(2)   Pendekatan studi tunggal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)      huruf  a     dilakukan   apabila Pemrakarsa merencanakan  untuk  melakukan  1  (satu)  jenis  Usaha dan/atau     Kegiatan yang            kewenangan       pembinaan dan/atau  pengawasannya berada                  di    bawah  1   (satu) kementerian, lembaga  pemerintah           nonkementerian, satuan  kerja  pemerintah  provinsi,  atau  satuan  kerja pemerintah kabupaten/kota.

(3)   Pendekatan studi terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)           huruf     b dilakukan          apabila Pemrakarsa merencanakan untuk melakukan lebih dari 1 (satu) jenis Usaha           dan/atau    Kegiatan     yang perencanaan  dan pengelolaannya        saling                     terkait    dalam      satu   kesatuan hamparan       ekosistem               serta      pembinaan           dan/atau pengawasannya  berada  di  bawah  lebih  dari  1  (satu) kementerian,     lembaga                    pemerintah         nonkementerian, satuan  kerja  pemerintah  provinsi,  atau  satuan  kerja pemerintah kabupaten/kota.

(4)   Pendekatan studi kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)           huruf      c    dilakukan     apabila          Pemrakarsa merencanakan   untuk  melakukan   lebih   dari   1   (satu) Usaha                 dan/atau      Kegiatan    yang    perencanaan   dan pengelolaannya  saling   terkait,    terletak    dalam    satu kesatuan  zona  rencana  pengembangan  kawasan,  yang pengelolaannya dilakukan oleh pengelola kawasan.



Pasal 9

(1)   Pemrakarsa,     dalam     menyusun     dokumen     Amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, mengikutsertakan masyarakat:

a.   yang terkena dampak;

b.  pemerhati lingkungan hidup; dan/atau

c.   yang   terpengaruh   atas   segala   bentuk   keputusan dalam proses Amdal.

(2) Pengikutsertaan ...


        












- 6 -


(2)   Pengikutsertaan    masyarakat    sebagaimana    dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:

a.   pengumuman rencana Usaha dan/atau Kegiatan; dan b.   konsultasi publik.
(3)   Pengikutsertaan    masyarakat    sebagaimana    dimaksud
pada ayat (1) dilakukan sebelum penyusunan dokumen
Kerangka Acuan.

(4)   Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak pengumuman sebagaimana  dimaksud pada ayat (2) huruf a, berhak mengajukan saran,  pendapat, dan tanggapan terhadap rencana Usaha dan/atau Kegiatan.

(5)   Saran, pendapat, dan tanggapan sebagaimana dimaksud pada           ayat    (4)   disampaikan   secara    tertulis   kepada Pemrakarsa                     dan             Menteri,       gubernur,        atau bupati/walikota.

(6)   Ketentuan      lebih      lanjut      mengenai      tata      cara pengikutsertaan masyarakat dalam penyusunan Amdal diatur dengan Peraturan Menteri.



Pasal 10

(1)   Pemrakarsa  dalam  menyusun  dokumen  Amdal  dapat dilakukan  sendiri atau meminta bantuan kepada pihak lain.

(2)   Pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penyusun Amdal:

a.   perorangan; atau

b.  yang    tergabung    dalam    lembaga    penyedia    jasa penyusunan dokumen Amdal.

(3)   Ketentuan    lebih    lanjut    mengenai    tata    cara    dan persyaratan  untuk  mendirikan  lembaga  penyedia  jasa penyusunan                            dokumen     Amdal   sebagaimana  dimaksud pada ayat (2) huruf b diatur dengan Peraturan Menteri.



Pasal 11

(1)   Penyusunan   dokumen   Amdal   wajib   dilakukan   oleh penyusun  Amdal  yang  memiliki  sertifikat  kompetensi penyusun Amdal.


(2) Sertifikat ...


        












- 7 -


(2)   Sertifikat   kompetensi   penyusun   Amdal   sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh melalui uji kompetensi.

(3)   Untuk mengikuti uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat  (2), setiap orang harus mengikuti pendidikan dan pelatihan penyusunan Amdal dan dinyatakan lulus.

(4)   Pendidikan      dan      pelatihan      penyusunan      Amdal sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (3)  diselenggarakan oleh lembaga pelatihan kompetensi di bidang Amdal.

(5)   Uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan penerbitan                    sertifikat    kompetensi    dilaksanakan    oleh lembaga  sertifikasi  kompetensi  penyusun  Amdal  yang ditunjuk oleh Menteri.

(6)   Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi kompetensi penyusun                   Amdal,    penyelenggaraan    pendidikan   dan pelatihan penyusunan Amdal, serta lembaga sertifikasi kompetensi  penyusun  Amdal  diatur  dengan  Peraturan Menteri.



Pasal 12

(1)   Pegawai    negeri    sipil    yang    bekerja    pada    instansi lingkungan hidup Pusat, provinsi, atau kabupaten/kota dilarang menjadi penyusun Amdal.

(2)   Dalam  hal  instansi  lingkungan  hidup  Pusat,  provinsi, atau          kabupaten/kota   bertindak   sebagai   Pemrakarsa, pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjadi penyusun Amdal.



Pasal 13

(1)   Usaha   dan/atau   Kegiatan   yang   berdampak   penting terhadap lingkungan hidup dikecualikan dari kewajiban menyusun Amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 apabila:

a.     lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatannya berada di kawasan yang telah memiliki Amdal kawasan;

b.    lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatannya berada pada  kabupaten/kota yang telah memiliki rencana detil tata ruang  kabupaten/kota dan/atau rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota; atau

c.     Usaha    dan/atau   Kegiatannya   dilakukan    dalam rangka tanggap darurat bencana.

(2) Usaha ...


        












- 8 -


(2)   Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b, wajib menyusun UKL-UPL berdasarkan:

a.     dokumen RKL-RPL kawasan; atau

b.    rencana detil tata ruang kabupaten/kota dan/atau rencana                    tata       ruang       kawasan       strategis kabupaten/kota.

(3)   Ketentuan  lebih  lanjut  mengenai  pengecualian  untuk Usaha  dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diatur dengan Peraturan Menteri.



Bagian Ketiga

Penyusunan UKL-UPL

Pasal 14

(1)   UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) disusun oleh Pemrakarsa pada tahap perencanaan suatu Usaha dan/atau Kegiatan.

(2)   Lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib sesuai dengan rencana tata ruang.

(3)   Dalam hal lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan tidak sesuai dengan rencana tata ruang, UKL-UPL tidak dapat diperiksa dan wajib dikembalikan kepada Pemrakarsa.



Pasal 15

(1)   Penyusunan   UKL-UPL   sebagaimana   dimaksud   dalam Pasal 14 ayat (1) dilakukan melalui pengisian formulir UKL-UPL dengan format yang ditentukan oleh Menteri.

(2)   Format   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)   paling sedikit memuat:

a.   identitas pemrakarsa;

b.  rencana Usaha dan/atau Kegiatan;

c.   dampak lingkungan yang akan terjadi; dan

d.  program  pengelolaan  dan  pemantauan  lingkungan hidup.


Pasal 16 ...


        












- 9 -


Pasal 16

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan UKL- UPL diatur dengan Peraturan Menteri.



Pasal 17

Kementerian atau lembaga pemerintah nonkementerian dapat menyusun                      petunjuk      teknis      penyusunan      UKL-UPL berdasarkan              pedoman    penyusunan      UKL-UPL      yang   diatur dengan              Peraturan   Menteri   sebagaimana   dimaksud   dalam Pasal 16.






Dalam hal:


Pasal 18



a.     Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan lebih dari 1 (satu)  Usaha dan/atau Kegiatan dan perencanaan serta pengelolaannya saling terkait dan berlokasi di dalam satu kesatuan hamparan ekosistem; dan/atau

b.    pembinaan    dan/atau    pengawasan    terhadap    Usaha dan/atau  Kegiatan  dilakukan  oleh  lebih  dari  1  (satu) kementerian,                         lembaga        pemerintah   nonkementerian, satuan  kerja  pemerintah  provinsi,  atau  satuan  kerja pemerintah kabupaten/kota;

pemrakarsa hanya menyusun 1 (satu) UKL-UPL.



Pasal 19

(1)   Pegawai    negeri    sipil    yang    bekerja    pada    instansi lingkungan hidup Pusat, provinsi, atau kabupaten/kota dilarang menjadi penyusun UKL-UPL.

(2)   Dalam  hal  instansi  lingkungan  hidup  Pusat,  provinsi, atau          kabupaten/kota   bertindak   sebagai   Pemrakarsa, pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjadi penyusun UKL-UPL.






BAB III ...


        












- 10 -


BAB III

PENILAIAN AMDAL DAN PEMERIKSAAN UKL-UPL



Bagian Kesatu

Kerangka Acuan


Pasal 20

(1)   Kerangka Acuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)         huruf         a   disusun   oleh  Pemrakarsa   sebelum penyusunan Andal dan RKL-RPL.

(2)   Kerangka   Acuan    yang    telah   disusun    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada:

a.   Menteri   melalui   sekretariat   Komisi  Penilai   Amdal Pusat,             untuk   Kerangka   Acuan   yang   dinilai  oleh Komisi Penilai Amdal Pusat;

b.  gubernur  melalui  sekretariat  Komisi  Penilai  Amdal provinsi,  untuk  Kerangka  Acuan  yang  dinilai  oleh Komisi Penilai Amdal provinsi; atau

c.   bupati/walikota   melalui   sekretariat   Komisi  Penilai Amdal kabupaten/kota, untuk Kerangka Acuan yang dinilai oleh Komisi Penilai Amdal kabupaten/kota.

(3)   Berdasarkan   pengajuan   sebagaimana   dimaksud   pada ayat (2), sekretariat Komisi Penilai Amdal memberikan pernyataan  tertulis mengenai kelengkapan administrasi Kerangka Acuan.



Pasal 21

(1)   Kerangka Acuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 yang          telah   dinyatakan   lengkap   secara   administrasi, dinilai oleh Komisi Penilai Amdal.

(2)   Untuk melakukan penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1),  Komisi Penilai Amdal menugaskan tim teknis untuk menilai Kerangka Acuan.

(3)   Tim   teknis   dalam   melakukan   penilaian,   melibatkan
Pemrakarsa untuk menyepakati Kerangka Acuan.

(4)   Tim   teknis   menyampaikan   hasil   penilaian   Kerangka
Acuan kepada Komisi Penilai Amdal.


(5) Dalam ...


        












- 11 -


(5)   Dalam   hal   hasil   penilaian   tim   teknis   menunjukkan bahwa             Kerangka   Acuan   perlu   diperbaiki,   tim   teknis menyampaikan dokumen tersebut kepada Komisi Penilai Amdal untuk dikembalikan kepada Pemrakarsa.



Pasal 22

(1)   Pemrakarsa menyampaikan kembali perbaikan Kerangka Acuan  sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (5) kepada Komisi Penilai Amdal.

(2)   Kerangka   Acuan   yang   telah   diperbaiki   sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinilai oleh tim teknis.

(3)   Tim teknis menyampaikan hasil penilaian akhir Kerangka
Acuan kepada Komisi Penilai Amdal.



Pasal 23

Jangka waktu penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21 dan/atau Pasal 22 dilakukan paling lama 30 (tigapuluh)
hari  kerja  terhitung  sejak  Kerangka  Acuan  diterima  dan dinyatakan lengkap secara administrasi.



Pasal 24

Dalam hal hasil penilaian tim teknis sebagaimana dimaksud dalam  Pasal  21 ayat (4) atau Pasal 22 ayat (3) menyatakan Kerangka    Acuan                  dapat    disepakati,               Komisi  Penilai   Amdal menerbitkan persetujuan Kerangka Acuan.



Pasal 25

(1)   Kerangka Acuan tidak berlaku apabila:

a.   perbaikan  Kerangka  Acuan  sebagaimana  dimaksud dalam  Pasal 22 ayat (1) tidak disampaikan kembali oleh Pemrakarsa paling lama 3 (tiga) tahun terhitung sejak    dikembalikannya            Kerangka                Acuan        kepada Pemrakarsa oleh Komisi Penilai Amdal; atau

b.  Pemrakarsa  tidak  menyusun  Andal  dan  RKL-RPL dalam  jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak diterbitkannya persetujuan Kerangka Acuan.



(2) Dalam ...


        












- 12 -


(2)   Dalam hal Kerangka Acuan tidak berlaku sebagaimana dimaksud  pada ayat (1), Pemrakarsa wajib mengajukan kembali   Kerangka                Acuan        sesuai   dengan  ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20.



Pasal 26

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penilaian Kerangka
Acuan diatur dengan Peraturan Menteri.



Bagian Kedua

Andal dan RKL-RPL


Pasal 27

Pemrakarsa menyusun Andal dan RKL-RPL berdasarkan:

a. Kerangka  Acuan  yang  telah  diterbitkan  persetujuannya;
atau

b. konsep    Kerangka   Acuan,    dalam    hal    jangka   waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 telah terlampaui dan Komisi Penilai Amdal belum menerbitkan persetujuan Kerangka Acuan.



Pasal 28

(1)   Andal  dan  RKL-RPL  yang  telah  disusun  sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 diajukan kepada:

a. Menteri   melalui   sekretariat   Komisi  Penilai   Amdal Pusat,             untuk   Kerangka   Acuan   yang   dinilai  oleh Komisi Penilai Amdal Pusat;

b. gubernur  melalui  sekretariat  Komisi  Penilai  Amdal provinsi,  untuk  Kerangka  Acuan  yang  dinilai  oleh Komisi Penilai Amdal provinsi; atau

c. bupati/walikota   melalui   sekretariat   Komisi  Penilai Amdal kabupaten/kota, untuk Kerangka Acuan yang dinilai oleh Komisi Penilai Amdal kabupaten/kota.

(2)   Berdasarkan   pengajuan   sebagaimana   dimaksud   pada ayat (1), sekretariat Komisi Penilai Amdal memberikan pernyataan  tertulis mengenai kelengkapan administrasi dokumen Andal dan RKL-RPL.

(3)   Komisi Penilai Amdal    melakukan penilaian Andal dan
RKL-RPL sesuai dengan kewenangannya.


(4) Komisi ...


        












- 13 -


(4)   Komisi  Penilai  Amdal  menugaskan  tim  teknis  untuk menilai               dokumen    Andal   dan   RKL-RPL   yang   telah dinyatakan lengkap secara administrasi oleh sekretariat Komisi  Penilai Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(5)   Tim teknis menyampaikan hasil penilaian atas dokumen
Andal dan RKL-RPL kepada Komisi Penilai Amdal.



Pasal 29

(1)   Komisi Penilai Amdal, berdasarkan hasil penilaian Andal dan  RKL-RPL  sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  28 ayat (5), menyelenggarakan rapat Komisi Penilai Amdal.

(2)   Komisi Penilai Amdal menyampaikan rekomendasi hasil penilaian Andal dan RKL-RPL kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai kewenangannya.

(3)   Rekomendasi    hasil    penilaian    Andal    dan    RKL-RPL
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa:

a.   rekomendasi kelayakan lingkungan; atau b.   rekomendasi ketidaklayakan lingkungan.

(4)   Rekomendasi   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (3) ditetapkan                    berdasarkan   pertimbangan    paling   sedikit meliputi:

a.   prakiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting  dampak dari aspek biogeofisik kimia, sosial, ekonomi,       budaya,                  tata           ruang,              dan    kesehatan masyarakat  pada  tahap  prakonstruksi,  konstruksi, operasi, dan pascaoperasi Usaha dan/atau Kegiatan;

b.  hasil    evaluasi    secara    holistik   terhadap    seluruh Dampak Penting hipotetik sebagai sebuah kesatuan yang saling terkait dan saling memengaruhi, sehingga diketahui perimbangan Dampak Penting yang bersifat positif dengan yang bersifat negatif; dan

c.   kemampuan Pemrakarsa dan/atau pihak terkait yang bertanggung  jawab  dalam  menanggulangi  Dampak Penting  yang bersifat negatif yang akan ditimbulkan dari  Usaha  dan/atau  Kegiatan  yang  direncanakan, dengan                   pendekatan  teknologi,                 sosial,               dan kelembagaan.


(5) Dalam ...


        












- 14 -


(5)   Dalam   hal   rapat   Komisi   Penilai   Amdal   menyatakan bahwa  dokumen  Andal  dan  RKL-RPL  perlu  diperbaiki, Komisi  Penilai  Amdal  mengembalikan  dokumen  Andal dan RKL-RPL kepada Pemrakarsa untuk diperbaiki.



Pasal 30

(1)   Pemrakarsa menyampaikan kembali perbaikan dokumen Andal              dan     RKL-RPL    sesuai     dengan     ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1).

(2)   Berdasarkan dokumen Andal dan RKL-RPL yang telah diperbaiki  sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Komisi Penilai     Amdal              melakukan                penilaian   akhir   terhadap dokumen Andal dan RKL-RPL.

(3)   Komisi   Penilai   Amdal   menyampaikan   hasil  penilaian akhir berupa rekomendasi hasil penilaian akhir kepada Menteri,                 gubernur,          atau     bupati/walikota             sesuai kewenangannya.



Pasal 31

Jangka waktu penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal
28, Pasal 29, dan/atau Pasal 30 dilakukan paling lama 75
(tujuhpuluh lima) hari kerja, terhitung sejak dokumen Andal dan RKL-RPL dinyatakan lengkap.



Pasal 32

(1)   Menteri,  gubernur,  atau  bupati/walikota  berdasarkan rekomendasi penilaian atau penilaian akhir dari Komisi Penilai  Amdal  sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  29 atau Pasal 30,  menetapkan keputusan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup.

(2)   Jangka   waktu   penetapan   keputusan   kelayakan  atau ketidaklayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat  (1) dilakukan paling lama 10 (sepuluh) hari kerja   terhitung   sejak           diterimanya          rekomendasi  hasil penilaian atau penilaian akhir dari Komisi Penilai Amdal.



Pasal 33

(1)   Keputusan  Kelayakan  Lingkungan  Hidup  sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) paling sedikit memuat:


a. dasar ...


        












- 15 -


a.   dasar pertimbangan dikeluarkannya penetapan;

b.  pernyataan kelayakan lingkungan;

c.   persyaratan    dan    kewajiban    Pemrakarsa    sesuai dengan RKL-RPL; dan

d.  kewajiban yang harus dilakukan oleh pihak terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (4) huruf c.

(2)   Dalam hal Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan Pemrakarsa                     wajib    memiliki    izin   perlindungan   dan pengelolaan                     lingkungan  hidup,   Keputusan   Kelayakan Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mencantumkan jumlah dan jenis izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.



Pasal 34

Keputusan  ketidaklayakan  lingkungan  hidup  sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) paling sedikit memuat:

a. dasar pertimbangan dikeluarkannya penetapan; dan b.  pernyataan ketidaklayakan lingkungan.


Pasal 35

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penilaian Andal dan RKL-RPL diatur dengan Peraturan Menteri.



Bagian Ketiga

UKL-UPL

Pasal 36

(1)   Formulir UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal
15 ayat (1) yang telah diisi oleh Pemrakarsa disampaikan kepada:

a.   Menteri,   untuk   Usaha   dan/atau   Kegiatan   yang berlokasi:

1. di lebih dari 1 (satu) wilayah provinsi;

2. di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sedang dalam sengketa dengan negara lain;


3. di wilayah ...


        












- 16 -


3. di wilayah laut lebih dari 12 (duabelas) mil laut diukur             dari   garis   pantai   ke   arah   laut   lepas; dan/atau

4. di    lintas    batas    Negara    Kesatuan    Republik
Indonesia dengan negara lain.

b.   gubernur,   untuk   Usaha   dan/atau   Kegiatan   yang berlokasi:

1.  di  lebih  dari  1  (satu)  wilayah  kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi;

2.  di lintas kabupaten/kota; dan/atau

3.  di wilayah laut paling jauh 12 (duabelas) mil dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan.

c.    bupati/walikota,  untuk  Usaha  dan/atau  Kegiatan yang berlokasi pada 1 (satu) wilayah kabupaten/kota dan di wilayah laut paling jauh 1/3 (satu pertiga) dari wilayah laut kewenangan provinsi.

(2)   Menteri,   gubernur,   atau   bupati/walikota   melakukan pemeriksaan                kelengkapan         administrasi   formulir   UKL- UPL.

(3)   Apabila   hasil   pemeriksaan   kelengkapan   administrasi formulir  UKL-UPL  dinyatakan  tidak  lengkap,  Menteri, gubernur,   atau  bupati/walikota  mengembalikan  UKL- UPL kepada Pemrakarsa untuk dilengkapi.

(4)   Apabila   hasil   pemeriksaan   kelengkapan   administrasi formulir                  UKL-UPL        dinyatakan     lengkap,     Menteri, gubernur, atau bupati/walikota melakukan pemeriksaan UKL-UPL.

(5)   Pemeriksaan    sebagaimana    dimaksud   pada    ayat   (4) dilakukan dalam jangka waktu 14 (empatbelas) hari sejak formulir UKL-UPL                   dinyatakan   lengkap               secara administrasi.



Pasal 37

(1)   Berdasarkan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal         36             ayat   (4),       Menteri,               gubernur,     atau bupati/walikota menerbitkan Rekomendasi UKL-UPL.

(2)   Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:



a. persetujuan ...


        












- 17 -


a.   persetujuan; atau b.   penolakan.


Pasal 38

(1)   Rekomendasi berupa persetujuan UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2) huruf a, paling sedikit memuat:

a. dasar pertimbangan dikeluarkannya persetujuan UKL- UPL;

b. pernyataan persetujuan UKL-UPL; dan

c. persyaratan dan kewajiban Pemrakarsa sesuai dengan yang tercantum dalam UKL-UPL.

(2)   Dalam hal Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan Pemrakarsa                      wajib    memiliki    izin   perlindungan       dan pengelolaan  lingkungan  hidup,  Rekomendasi  UKL-UPL sebagaimana                          dimaksud     pada      ayat      (1)     harus mencantumkan jumlah dan jenis izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.



Pasal 39

Rekomendasi    berupa    penolakan    UKL-UPL    sebagaimana dimaksud  dalam  Pasal  37  ayat  (2)  huruf  b,  paling  sedikit memuat:

a.     dasar pertimbangan dikeluarkannya penolakan UKL-UPL;
dan

b.    pernyataan penolakan UKL-UPL.



Pasal 40

Pemeriksaan UKL-UPL dan penerbitan Rekomendasi UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dan Pasal 37 dapat dilakukan oleh:

a.     pejabat yang ditunjuk oleh Menteri;

b.    kepala instansi lingkungan hidup provinsi; atau

c.     kepala instansi lingkungan hidup kabupaten/kota.




Pasal 41 ...


        












- 18 -


Pasal 41

Ketentuan lebih lanjut mengenai pemeriksaan UKL-UPL dan penerbitan  Rekomendasi UKL-UPL diatur dengan Peraturan Menteri.





BAB IV

PERMOHONAN DAN PENERBITAN IZIN LINGKUNGAN



Bagian Kesatu

Permohonan Izin Lingkungan



Pasal 42

(1)   Permohonan  Izin  Lingkungan  diajukan  secara  tertulis oleh penanggungjawab Usaha dan/atau Kegiatan selaku Pemrakarsa                         kepada       Menteri,      gubernur,      atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

(2)   Permohonan   Izin  Lingkungan  sebagaimana   dimaksud pada ayat (1) disampaikan bersamaan dengan pengajuan penilaian  Andal  dan  RKL-RPL  atau  pemeriksaan  UKL- UPL.



Pasal 43

Permohonan izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 42 ayat (1), harus dilengkapi dengan:

a.   dokumen Amdal atau formulir UKL-UPL;

b.  dokumen pendirian Usaha dan/atau Kegiatan; dan c.       profil Usaha dan/atau Kegiatan.


Pasal 44

Setelah menerima permohonan Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud                    dalam    Pasal     43,    Menteri,     gubernur,    atau bupati/walikota    wajib    mengumumkan    permohonan    Izin Lingkungan.



Pasal 45 ...


        












- 19 -


Pasal 45

(1)   Pengumuman  sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  44 untuk            Usaha   dan/atau   Kegiatan   yang   wajib   Amdal dilakukan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota.

(2)   Pengumuman   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) dilakukan melalui multimedia dan papan pengumuman di lokasi  Usaha dan/atau Kegiatan paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak dokumen Andal dan RKL-RPL yang diajukan dinyatakan lengkap secara administrasi.

(3)   Masyarakat  dapat  memberikan  saran,  pendapat,  dan tanggapan                       terhadap      pengumuman      sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam jangka waktu paling lama
10 (sepuluh) hari kerja sejak diumumkan.

(4)   Saran, pendapat, dan tanggapan sebagaimana dimaksud pada            ayat    (3)    dapat    disampaikan    melalui    wakil masyarakat  yang terkena dampak dan/atau organisasi masyarakat yang menjadi anggota Komisi Penilai Amdal.



Pasal 46

(1)   Pengumuman  sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  44 untuk  Usaha  dan/atau  Kegiatan  yang  wajib  UKL-UPL dilakukan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota.

(2)   Pengumuman   sebagaimana   dimaksud  pada   ayat   (1) dilakukan melalui multimedia dan papan pengumuman di lokasi  Usaha dan/atau Kegiatan paling lama 2 (dua) hari       kerja  terhitung         sejak       formulir UKL-UPL             yang diajukan dinyatakan lengkap secara administrasi.

(3)   Masyarakat  dapat  memberikan  saran,  pendapat,  dan tanggapan                       terhadap      pengumuman      sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam jangka waktu paling lama
3 (tiga) hari kerja sejak diumumkan.

(4)   Saran, pendapat, dan tanggapan sebagaimana dimaksud pada           ayat   (3)   dapat    disampaikan   kepada   Menteri, gubernur, atau    bupati/walikota    sesuai                           dengan kewenangannya.




Bagian ...


        












- 20 -


Bagian Kedua

Penerbitan Izin Lingkungan



Pasal 47

(1)   Izin Lingkungan diterbitkan oleh:

a.   Menteri,   untuk   Keputusan  Kelayakan   Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL yang diterbitkan oleh Menteri;

b.  gubernur, untuk Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup  atau  Rekomendasi UKL-UPL yang diterbitkan oleh gubernur; dan

c.   bupati/walikota,     untuk     Keputusan     Kelayakan Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL yang diterbitkan oleh bupati/walikota.

(2)   Izin  lingkungan  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1)
diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota:

a. setelah dilakukannya pengumuman permohonan Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44; dan

b. dilakukan      bersamaan      dengan      diterbitkannya Keputusan                     Kelayakan    Lingkungan    Hidup    atau Rekomendasi UKL-UPL.



Pasal 48

(1)   Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
47 ayat (1) paling sedikit memuat:

a.   persyaratan   dan   kewajiban   yang   dimuat    dalam Keputusan                     Kelayakan    Lingkungan    Hidup    atau Rekomendasi UKL-UPL;

b.  persyaratan   dan   kewajiban   yang   ditetapkan   oleh
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota; dan

c.   berakhirnya Izin Lingkungan.





(2) Dalam ...


        












- 21 -


(2)                Dalam hal Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan Pemrakarsa    wajib    memiliki   izin    perlindungan   dan pengelolaan              lingkungan  hidup, Izin         Lingkungan sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1)  mencantumkan jumlah     dan        jenis              izin   perlindungan  dan         pengelolaan lingkungan hidup  sesuai dengan peraturan perundang- undangan.

(3)      Izin Lingkungan berakhir bersamaan dengan berakhirnya izin Usaha dan/atau Kegiatan.



Pasal 49

(1)   Izin  Lingkungan  yang  telah  diterbitkan  oleh  Menteri, gubernur,                    atau    bupati/walikota    wajib    diumumkan melalui media massa dan/atau multimedia.

(2)   Pengumuman   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) dilakukan dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja sejak diterbitkan.



Pasal 50

(1)   Penanggung   jawab   Usaha   dan/atau   Kegiatan   wajib mengajukan  permohonan  perubahan  Izin  Lingkungan, apabila Usaha dan/atau Kegiatan yang telah memperoleh Izin  Lingkungan   direncanakan           untuk  dilakukan perubahan.

(2)   Perubahan    Usaha    dan/atau    Kegiatan    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a.   perubahan kepemilikan Usaha dan/atau Kegiatan;

b.  perubahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup;

c.   perubahan  yang  berpengaruh  terhadap  lingkungan hidup yang memenuhi kriteria:

1.  perubahan dalam penggunaan alat-alat produksi yang berpengaruh terhadap lingkungan hidup;

2.  penambahan kapasitas produksi;

3.  perubahan spesifikasi teknik yang memengaruhi lingkungan;

4.  perubahan sarana Usaha dan/atau Kegiatan;

5.  perluasan lahan dan bangunan Usaha dan/atau
Kegiatan;
6. perubahan ...


        












- 22 -


6.  perubahan   waktu   atau   durasi   operasi   Usaha dan/atau Kegiatan;

7.  Usaha dan/atau Kegiatan di dalam kawasan yang belum tercakup di dalam Izin Lingkungan;

8.  terjadinya perubahan kebijakan pemerintah yang ditujukan                       dalam        rangka        peningkatan perlindungan  dan pengelolaan lingkungan hidup; dan/atau

9.  terjadi perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar            akibat         peristiwa alam    atau   karena akibat            lain,   sebelum   dan   pada   waktu  Usaha dan/atau             Kegiatan            yang bersangkutan dilaksanakan;

d.  terdapat     perubahan     dampak     dan/atau     risiko terhadap lingkungan hidup berdasarkan hasil kajian analisis         risiko               lingkungan       hidup          dan/atau  audit lingkungan hidup yang diwajibkan; dan/atau

e.   tidak    dilaksanakannya   rencana   Usaha   dan/atau Kegiatan  dalam  jangka  waktu  3  (tiga)  tahun  sejak diterbitkannya Izin Lingkungan.

(3)  Sebelum    mengajukan    permohonan    perubahan    Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c,  huruf   d,   dan  huruf  e,  penanggung  jawab  Usaha dan/atau                     Kegiatan                 wajib          mengajukan         permohonan perubahan Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL.

(4)   Penerbitan perubahan Keputusan Kelayakan Lingkungan
Hidup dilakukan melalui:

a.   penyusunan  dan  penilaian  dokumen  Amdal  baru;
atau

b.  penyampaian dan penilaian terhadap adendum Andal dan RKL-RPL.

(5)  Penerbitan perubahan Rekomendasi UKL-UPL dilakukan melalui penyusunan dan pemeriksaan UKL-UPL baru.

(6)  Penerbitan       perubahan       Rekomendasi       UKL-UPL sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilakukan dalam hal perubahan Usaha dan/atau Kegiatan tidak termasuk dalam kriteria wajib Amdal.

(7)   Penerbitan      perubahan      Izin      Lingkungan      dilakukan bersamaan                    dengan     penerbitan     perubahan     Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL.

(8) Ketentuan ...


        












- 23 -


(8)  Ketentuan   lebih   lanjut   mengenai   kriteria   perubahan Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)  dan  tata cara perubahan Keputusan Kelayakan Lingkungan  Hidup,  perubahan  Rekomendasi  UKL-UPL, dan penerbitan perubahan Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud  pada  ayat  (4),  ayat  (5),  dan  ayat  (6)  diatur dengan Peraturan Menteri.


Pasal 51

(1)   Dalam    hal    terjadi    perubahan    kepemilikan    Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
50    ayat    (2)    huruf    a,    Menteri,    gubernur,    atau
bupati/walikota   sesuai    kewenangannya    menerbitkan perubahan Izin Lingkungan.

(2)   Dalam     hal    terjadi     perubahan     pengelolaan     dan pemantauan  lingkungan  hidup  sebagaimana  dimaksud dalam  Pasal  50  ayat  (2)  huruf  b,  penanggung  jawab Usaha   dan/atau   Kegiatan              menyampaikan laporan perubahan          kepada                      Menteri,      gubernur,             atau bupati/walikota.

(3)   Berdasarkan laporan perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat  (2) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai  kewenangannya             menerbitkan         perubahan      Izin Lingkungan.


Pasal 52

Ketentuan lebih  lanjut  mengenai  tata  cara  penerbitan  Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 sampai dengan Pasal 51 diatur dengan Peraturan Menteri.



Bagian Ketiga

Kewajiban Pemegang Izin Lingkungan

Pasal 53

(1)   Pemegang Izin Lingkungan berkewajiban:

a.     menaati  persyaratan  dan  kewajiban  yang  dimuat dalam  Izin  Lingkungan dan izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;



b. membuat ...


        












- 24 -


b.    membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan terhadap                 persyaratan   dan   kewajiban   dalam   Izin Lingkungan                 kepada          Menteri,    gubernur,     atau bupati/walikota; dan

c.     menyediakan  dana  penjaminan  untuk  pemulihan fungsi  lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2)   Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b disampaikan secara berkala setiap 6 (enam) bulan.



BAB V

KOMISI PENILAI AMDAL



Pasal 54

(1)   Komisi Penilai Amdal dibentuk oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

(2)   Komisi Penilai Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terdiri atas:

a.   Komisi Penilai Amdal Pusat;

b.  Komisi Penilai Amdal provinsi; dan

c.   Komisi Penilai Amdal kabupaten/kota.

(3)   Komisi Penilai Amdal Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)  huruf a menilai dokumen Amdal untuk Usaha dan/atau Kegiatan yang:

a.   bersifat strategis nasional; dan/atau b.   berlokasi:
1.     di lebih dari 1 (satu) wilayah provinsi;

2.     di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sedang dalam sengketa dengan negara lain;

3.     di wilayah laut lebih dari 12 (duabelas) mil laut diukur  dari  garis  pantai  ke  arah  laut  lepas; dan/atau

4.     di   lintas    batas    Negara    Kesatuan    Republik
Indonesia dengan negara lain.

(4)   Komisi  Penilai  Amdal  provinsi  sebagaimana  dimaksud pada ayat  (2) huruf b menilai dokumen Amdal untuk Usaha dan/atau Kegiatan yang:


a. bersifat ...


        












- 25 -


a.   bersifat strategis provinsi; dan/atau b.   berlokasi:
1.     di  lebih  dari  1  (satu)  wilayah  kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi;

2.     di lintas kabupaten/kota; dan/atau

3.     di wilayah laut paling jauh 12 (duabelas) mil dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan.

(5)   Komisi   Penilai    Amdal   kabupaten/kota    sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c menilai dokumen Amdal untuk Usaha dan/atau Kegiatan yang:

a.   bersifat strategis kabupaten/kota dan tidak strategis;
dan/atau

b.  di wilayah laut paling jauh 1/3 (satu pertiga) dari wilayah laut kewenangan provinsi.

(6)   Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang bersifat strategis nasional,                      strategis       provinsi,       atau        strategis kabupaten/kota,    serta    tidak    strategis    sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, ayat (4) huruf a, dan ayat (5) huruf a ditetapkan oleh Menteri.



Pasal 55

(1)   Komisi Penilai Amdal Pusat menilai dokumen Amdal yang disusun dengan menggunakan pendekatan terpadu atau kawasan,      jika                   terdapat             Usaha    dan/atau    Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (3), ayat (4), dan/atau ayat (5).

(2)   Komisi Penilai Amdal provinsi menilai dokumen Amdal yang disusun dengan menggunakan pendekatan terpadu atau kawasan,  jika terdapat Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (4) dan ayat (5).



Pasal 56

(1)   Susunan Komisi Penilai Amdal terdiri atas:

a.   ketua;

b.  sekretaris; dan c.     anggota.

(2) Ketua ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar