Minggu, 27 Januari 2013

Pelestarian Lingkungan sebagai Bagian Budaya dan Jati Diri Bangsa Indonesia



Pegiat Lingkungan Kembali Protes Pembangunan Hotel Rayja Batu
Muchammad Nasrul Hamzah
27 Dec 2012 16:25:37
Pemuda Peduli Lingkungan Batu (Foto: Aktual.co/Muchammad Nasrul Hamzah)

"Pemuda tetap melakukan aksi jika diteruskan. Seperti bantengan, pemuda bisa ngamuk seperti banteng jika tetap saja hotel ini dibangun"

 Dikutip  dari Malang Aktual.co —Pemuda Peduli Lingkungan buktikan ancamannya untuk kembali lakukan aksi atas Pembangunan Hotel The Rayja, di atas atas sumber air Gemulo, Batu.

Ribuan massa gabungan dari Walhi, Pemuda Peduli Lingkungan, Serta Bantengan se-Malang Raya ini tuntut janji Pemerintahan Kota Batu yang akan sebelumnya akan menyelesaikan permasalahan ini. Tidak hanya itu, para sesepuh desa di sekitar mata air itu juga turut ramaikan aksi dengan laku ritual, di sumber mata air itu.

"Tujuan dari acara ritual ini adalah memohon kepada Tuhan, agar pembangunan Hotel ini tidak dilanjutkan. Pemuda tetap melakukan aksi jika diteruskan. Seperti bantengan, pemuda bisa ngamuk seperti banteng jika tetap saja hotel ini dibangun," kata Karnuwaris, salah satu sesepuh.

Koordinator lapangan, Aris Taufik menyatakan bahwa acara ritual yang dilakukan sesepuh desa itu masih dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai salah satu jalan untuk menyelesaikan masalah ini. "Acara bantengan, dan selamatan ini sangat dipercaya masyarakat, karena biasanya masyarakat meminta hari kepada sesepuh. Ritualnya berdoa kepada yang Kuasa agar sumber mata air mengalir jernih," katanya.

Pemuda Peduli Lingkungan menilai pembangunan Hotel the Rayja setinggi 12 Meter yang berjarak 150 meter ini dianngap mengancam kelestarian mata air Gemulo.

Dalam RTRW Kota Batu, minimal jarak harus 200 meter, dan pembangunan ini melanggar pasal 8, 11 ayat 2 huruf B,C,H, Pasal 11 ayat 4 huruf B, Pasal 12 ayat 2 huruf A, pasal 24, ayat 6 Huruf C, Pasal 48 ayat 2 Huruf A, pasal 58 ayat 2 Huruf A, pasal 58 Ayat 3 huruf A, pasal 58 Ayat 5 Huruf B, Pasal 70.

"Pemetintah harus merealisasikan undang-undang, harus ada konservasi pelestarian sumber (mata air.red). Pemerintah harus merealisasikan itu, karena air adalah sumber dasar," lanjutnya.

Dalam aksi ini juga ditampilkan "tumpeng" yang bergambar wajah bermuka dua, yang melambangkan pemerintah yang tidak pro rakyat, serta uang. Banyak pejabat yang kornea matanya sudah tertutup uang, serta jajanan rakyat di bagian bawah tumpeng yang melambangkan bahwa rakyat, telah terinjak-injak oleh pejabat.

Faizal Rizki


Tidak ada komentar:

Posting Komentar