Wali Kota Hentikan The Rayja
Dikutip dari Radar Malang, 7 Mei
2012
Keinginan warga yang tergabung
forum masyarakat peduli mata air (FMPMA), agar Pemkot Batu menghentikan
pembangunan The Rayja Resort akhirnya terkabul. Kemarin malam, Wali Kota Batu,
Eddy Rumpoko, yang bertemu dengan warga di balai Desa Bumiaji memenuhi
keinginan masyarakat untuk menghentikan pembangunan resort tersebut.
H. Rudi, wakil ketua FMPMA kepada
wartawan menyampaikan, dalam pertemuan yang digelar pukul 19.00 itu, Eddy Rumpoko
menandatangani surat pernyataan yang isinya bersedia mencabut perizinan rencana
pembangunan resort tersebut. “Pak Wali (Wali Kota Batu Eddy Rumpoko), sudah
menandatangani kese patakan itu di atas kertas bermaterai, jadi kami menyambut
baik kesediaan wali kota,” terang dia.
Dalam pertemuan tersebut, wali
kota didampingi anggota DPRD Kota Batu, Heli Suyanto (Hanura), para kepala desa
dari Bumiaji, Giripurno, Pandanrejo, Bulukerto, Sidomulyo, dan warga yang
tergabung dalam FMPMA.
Disampaikan Rudi, pertemuan yang
berlangsung sekitar satu jam tersebut tidak ditemui kendala. Sebab, wali kota
juga menyatakan bahwa sikapnya itu muncul setelah melihat sistem pengelolan
sumber air di Kota Batu yang masih belum baik. “Saya berharap, pencabutan izin
itu segera direalisasikan oleh Pak Wali,” pinta Rudi.
Selanjutnya, dia berharap di
kawasan itu dijadikan lahan konservasi, bukan untuk dibangun gedung. Tujuannya,
agar keberadaan sumber air yang ada di bawahnya terlindungi. Sebab FMPMA
khawatir, jika pembangunan di sekitar sumber air tidak terkendali, maka bisa me
nyebabkan sumber itu mengecil atau bahkan bisa mati. Padahal, bagi masyarakat
Kota Batu, masalah air sangat sensitif.
Eddy yang dikonfirmasi soal
kesediannya mencabut izin pembangunan itu hanya tersenyum. Dia mengatakan,
dirinya baru mengetahui, jika pengelolaan sumbar air di Kota Batu masih belum
baik. Selama ini ada kesan warga yang berada di sekitar sumber air merasa
memiliki sumber itu. Lalu, ada juga sumber air yang dikelola oleh pihak desa
atau Hippam (himpunan pengelola dan pemakai air minum). Karena mereka merasa
berhak mengelola. Padahal, banyak juga sumber di Batu ini justru dipakai oleh
masyarakat yang ada di Kota Malang. “Intinya, Pemkot Batu in gin menata kembali
pengelolaan sumber air di Kota Batu,” ungkap dia.
Disinggung soal sikapnya dalam
pertemuan dengan FMPMA kemarin malam, Eddy mengatakan dirinya ingin menciptakan
suasana yang kondusif di Kota Batu sebagai kota wisata. Dia mengaku akan
mengambil hikmah dari konflik yang terjadi antara The Rayja Resort dengan
sebagian warga terkait sumber air itu.
Hal tersebut akan dijadikan salah
satu evaluasi Pemkot Batu dalam penataan sumbar air, termasuk dalam penataan
tata ruang di Kota Batu. Misalnya, pembangunan di sekitar kawasan sumber air
perlu ada evaluasi lagi lebih mendalam, sehingga tidak serta merta mengeluarkan
izin. Menurut Eddy, konflik masalah air ini bisa berkepanjangan jika terus
dibiarkan.
Alasannya, masyarakat Batu sangat
membutuhkan air untuk pertanian.
Dalam kesempatan itu, dia juga
berharap semua pihak ikut peduli dengan keberadaan sumber air. Sebab, saat ini
se benarnya ada juga bangunan yang berada di kawasan sumber air, apakah itu
hotel atau bangunan lainnya, tetapi tidak ada protes dari warga. “Jadi intinya,
ke depan masalah air harus ditata dengan baik,” pungkasnya.
Sementara itu, kuasa hukum The
Rayja Resort, Ekkum SH MH, belum bisa dikonfirmasi terkait perkembangan ini.
Beberapa kali koran ini menghubungi tidak diangkat, termasauk saat di sms,
tidak ada balasan. (lid/nen/radarmalang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar