Tak puas dengan hasil pelestarian dan perbaikan sepanjang Daerah Aliran
Sungai (DAS) Brantas, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengancam akan
melakukan audit investigasi pada sejumlah intansi di 16 kabupaten/kota,
jika tidak ada upaya serius dan koordinasi dalam pelestarian DAS
Brantas.
Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran, Kementerian
Lingkungan Hidup (KLH), Karliansyah, dalam audiensi dengan Sekdaprov
Jatim, Senin (6/10) mengatakan, hasil audit kinerja BPK tahun 2012-2013
menyebutkan, dana yang selama ini dialokasikan dari pemerintah pusat
melalui APBN, APBD provinsi dan APBD kabupaten/kota belum menunjukan
hasil sebanding dengan upaya pelestarian dan perbaikan di DAS Brantas.
Padahal selama ini DAS Brantas sebagai air baku masyarakat Jawa
Timur khususnya di 16 kabupaten/kota yang dilintasi.
Atas hasil
audit kinerja itu, BPK meminta KLH untuk mengkoordinasi sejumlah
instansi baik pusat maupun daerah khususnya kabupaten/kota yang
dilintasi sungai untuk lebih serius dalam pelestarian dan perbaikan DAS
Brantas dari pencemaran. “Jika upaya tersebut tidak segera dilakukan,
BPK mengancam akan melakukan audit investigasi pada instansi yang
mengelola anggaran DAS Brantas. Dan sanksinya adalah pidana jika
ditemukan penyelewengan,” tegasnya.
Dikatakannya, hasil kajian
KLH dan BPK menyebutkan, selama ini pencemaran di DAS Brantas 55%
berasal dari limbah domestik, 15% industri dan selebihnya peternakan dan
pertanian. Sebagai sungai yang menjadi bahan baku air minum sejumlah
PDAM, selayaknya DAS Brantas terhindar dari pencemaran.
Sekdaprov
Jatim, Akhmad Sukardi mengatakan, terkait hasil audit BPK, Pemprov
Jatim akan meminta laporan dan mengumpulkan seluruh Sekda pada 16
kabupaten yang dilintasi DAS Brantas dan semua intansi yang memeliki
kewenangan dalam upaya pelestarian dan perbaikan sungai tersebut.
Sejumlah instansi yang nantinya akan dikumpulkan, yakni BLH
kabupatan/kota, Dinas PU Pengairan serta Dinas PU Cipta Karya. “Kami
juga akan mengundang Balai Besar Wilayah Sungai Brantas serta semua
instansi yang mempunyai tanggung jawab pada DAS Brantas,” katanya.
Sebelumnya, temuan Ecoton dalam Ekspedisi Brantas 2014 menyebutkan,
Sungai Brantas masih memiliki kemampuan self purifikasi atau kemampuan
memulihkan dan menjadi harapan masyarakat, pemerintah dan swasta untuk
bekerjasama memulihkan kualitas air Kali Brantas dan Kali Surabaya.
Dalam pelaksanaan sensus ikan, Tim Ekpedisi Kali Brantas Lembaga
Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) menemukan fakta
kalau kondisi Kali Brantas bagian hilir di Wilayah Kali Surabaya dari
Mlirip, Singkalan, Bakung pringgondani dalam kondisi membaik, fakta ini
didapatkan setelah melakukan kegiatan sensus ikan bersama dengan 10
Orang nelayan dengan menaiki lima perahu kayu dan dua perahu karet.
Kepala Peneliti Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah
(Ecoton, Riska Darmawanti mengatakan, dalam pelaksanaan sensus, jenis
ikan yang ditangkap lebih beragam, ada beberapa jenis ikan yang
ditangkap di Desa Singkalan beratnya mencapai mencapai 2,5 Kg.
Bobot ikan itu diatas bobot tertinggi Ikan Rengkik yang ditangkap tahun
2012-2013 lalu, sehingga dapat disimpulkan kondisi airnya semakin baik
dan dapat memberikan pertumbuhan yang optimum bagi ikan. Sebelumnya,
paska kematian ikan massal pada 26 Mei 2012 lalu, praktis ikan-ikan Kali
Surabaya jarang ditemukan alias langka.(jal)
Dikutip dari : http://kominfo.jatimprov.go.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar